Desain grafis bukan profesi yang lazim di masyarakat kita. Kebanyakan orang akan mengernyitkan dahi dan menjadi bingung ketika mendengar kata "desain grafis". Sebagian lagi akan menganggap aneh para pelakunya, biasanya cenderung eksperimentalis dan suka kerja malam tak ubahnya seorang satpam. Sehingga wajar ketika apresiasi terhadap output para desainer grafis pun merosot tajam dari hari ke hari. Beruntung, di tengah masalah itu semua, jumlah peminat yang ingin terjun di bidang ini tidak pernah surut bahkan semakin banyak.
Artikel ini mengulas beberapa hal yang harus kamu waspadai sebelum melangkah lebih jauh untuk menggeluti bidang desain grafis. Semoga bermanfaat untuk diambil pelajarannya.
5 hal yang harus diwaspadai desainer grafis :
1) Umur Pendek
Apakah karena kurangnya waktu atau terlalu asyik dalam mendesain. Beberapa desainer masih di depan monitornya saat orang lain sudah terlelap. Tampaknya anjuran dokter untuk istirahat +/- delapan jam perhari tidak berlaku dalam desain grafis. Walaupun time schedule sudah di atur, tapi tetap.. browsing internet untuk mencari inspirasi sampai mengejar deadline dari klien telah menjadi kebiasaan yang sukar untuk di perbaiki. Desainer juga manusia, bukan Batman yang meski bergadang semalaman tapi tetap fit pagi harinya. so, jika kamu mau tetap mendesain sampai tua..istirahat yang cukup adalah pilihan yang bijaksana.
2) Jomblo Forever
Apakah cuma desainer grafis yang mengalami hal ini? tidak juga! namun desainer cukup berpeluang untuk mendapat gelar ini. Disaat cewek-cewek histeris sama boyband, musisi dan olahragawan, seorang desainer malah tenggelam dalam dunianya sendiri. Lagipula, desain grafis merupakan jenis pekerjaan yang banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan (indoor), sehingga terkesan eksklusif, menyendiri, dan kesepian..T_T. Maka kalau sudah begini, intensitas para desainer untuk bisa berinteraksi dan di ingat oleh lawan jenisnya menjadi berkurang.
3) Emosi yang Labil
Pelanggan adalah raja, kutipan jadul ini masih berlaku di satu sisi. Memahami pemikiran klien (baca :Ragam tipe klien dalam desain grafis) susah-susah gampang memang. Seorang desainer grafis juga dituntut paham marketing dan seni berinteraksi serta berkomunikasi dengan orang lain. Pada kondisi tertentu, seorang desainer juga dituntut untuk pintar-pintar dalam mengelola emosi dan suasana hati. Florence Litteur dalam bukunya "Personality Plus" mengelompokkan emosi seseorang kepada empat bagian : Sanguinis, Koleris, Melankolis dan Phlegmatis. Menurut saya, menjadi seorang desainer harus dapat menyeimbangkan ke empat emosi tersebut.
4) Kantong kering
Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap karya desain grafis akan berdampak langsung terhadapcash flow seorang desainer. Sebuah logo yang melalui proses panjang mulai dari riset, sketsa, sampai dengan eksekusi akhir misalnya, sama sekali tidak terlihat oleh klien, Kebanyakan klien hanya mengukur pada tingkat kerumitan sebuah karya atau hasil jadi dan dengan enteng bilang "kalau sederhana begini, anak saya yang masih TK juga bisa!".. Mereka tidak bisa melihat sisi lain dari semua itu: Sebuah ide! dan proses yang dilalui untuk mencapai ide tersebut.. Yup, menjadi desainer berarti menjadi penjaja ide. Pertanyaannya : berapa harga sebuah ide!?
5) Berpotensi Sombong
Pernah merasa kalau desain kita lebih bagus daripada desain orang lain!? hehe..Saya pribadi pernah merasakannya. Sombong itu terkadang perlu. Sombong berarti mengakui kalau kita telah mencapai apa yang orang lain tidak bisa capai, itu sangat mewakili eksistensi kita sebagai manusia. Tapi bagaimanapun sombong memang sikap yang buruk. Hal terbaik adalah bagaimana kita mengelola sikap berbangga hati sehingga menghasilkan output yang lebih baik, seperti motivasi untuk terus berkompetisi misalnya.
0 komentar:
Posting Komentar