Ilmu Desain Tutorial Desain memilih jenis font yang tepat untuk desain bisa saja menjadi hal sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Tipografi bukahlah sebuah ilmu pengetahuan. Tipografi adalah seni. Mereka yang suka sesuatu yang berbau ‘ilmiah’ atau juga mereka yang menyukai bekerja dibidang sample data akan sulit menetukan tipografi yang baik dan tepat. Bagaimanapun juga seorang penjual roti pasti akan berpikir layaknya mereka yang suka berdagang. Begitupula tipografi dan pada pemilihan tipeface / jenis font adalah bukan barang ilmiah yang didalamnya selalu berhadapan dengan aturan-aturan dan perilaku yang menjadi sebuah alasan untuk suatu kesenangan.
Sebelum kita masuk dalam inti pembahasan, marilah kita berbicara tentang tanggung jawab. Kita sebagai desainer mempunyai dua beban tanggung jawab : pertama kita sebagai desainer mempunyai kewajiban dalam menyajikan sebuah desain tidak malah menjadi penghalang kesenangan pembaca, tetapi untuk membantunya mendapatkan kesenangan, -kenyamanan lebih pada saat membaca; kedua kita bertanggungjawab untuk menentukan tipeface yang digunakan. Tipeface yang baik adalah yang didesain untuk suatu tujuan yang baik pula, tetapi tidak berarti tipeface terbaik adalah tipeface yang cocok digunakan setiap saat. Saya sendiri, merasa agak kurang yakin jika dalam mendesain menggunakan tipeface yang saya dapatkan baru-baru saja. Tipeface baru adalah seperti layaknya bayi yang baru lahir (meskipun tidak bisa muntah di baju Anda) : jangan dibanting, ditekan terlalu keras, diangkat terbalik; dalam kata lain jangan semena-mena, perlakukan dengan baik, penuh hormat dan hati-hati.
Jika Anda memahami paragraf-paragraf di atas, maka akan mudah anda menafsirkan bahwa yang kita bicarakan disini bukanlah serangkaian aturan-aturan melainkan sebuah daftar panduan prinsip dasar.
Serif atau Sans Serif?
Menurut pendapat saya, sangat sulit menentukan mana yang terbaik untuk dijadikan sebuah tipeface pada artikel dengan tulisan yang tercetak sekian halaman. Saya menyarankan untuk mengabaikan pernyataan yang samar dan tanpa kesimpulan pada akhirnya yang seperti tiada batasnya untuk diperbedebatkan, tentukan saja mana yang Anda pilih untuk Anda sendiri. “Aduh, tapi jenis font serif lebih mudah untuk hal ini karena membacanya membuat mata tidak jenuh“, Stop! Jangan diteruskan, itu semua hanyalah omong kosong.
Daripada menulis sebanyak sepuluh alinea lagi untuk topik tersebut, saya lebih mudah berkata bahwa kita paling mudah membaca dengan tipeface yang memang sudah familiar dengan kita sendiri (anda bebas untuk tidak sependapat dengan mengisi komentar pada comments box dibawah). Jika anda masih ragu bahwa sebenarnya sans serif juga digunakan sebagai body text, Anda bisa cek pada Swiss Typography department.
Panduan Satu : hormatilah
Ini sudah barang tentu wajib menjadi mantra bagi tipografer (pengguna tipografi). Pada kenyataannya tipografer yang baik, hampir bisa dipastikan selalu menggunakannya secara tidak sadar, ini bersifat insting.
Ini penting untuk disebutkan disini bahwa prinsip ini dapat digunakan -diaplikasikan pada semua medium. Beberapa dari tipeface yang saya suka malah terlihat jelek, menyeramkan bahkan mati gaya pada layar monitor dan bahkan tipografi tipeface seperti Georgia atau Verdana yang dibuat khusus untuk pekerjaan digital seperti untuk tipeface web desain yang selalu dibaca secara online pada layar monitor, seringkali mejadi pilihan terbaik untuk material printing atau dicetak di kertas. Memilih jenis font untuk web desain lebih mudah karena pilihannya lebih sedikit, namun sekarang sudah mulai berubah. Sekarang kita memiliki sIFR dan ‘web fonts’. Jadi inilah pentingnya untuk berpikir lebih berhati-hati ketika memilih jenis font yang akan kita gunakan. Apakah font Times, Times New Roman, Narrow Set dan font yang didesain untuk kolom terbatas memang benar-benar sesuai dijadikan tipeface pada tulisan ‘long-line extended‘ untuk layar monitor?
0 komentar:
Posting Komentar