Sabtu, 30 Juli 2011

Menjadi Desainer Grafis

 pasarkreasi.com

Apakah kalau mau menjadi desainer grafis harus lulus sekolah desain lebih dulu? Mungkin ini pertanyaan klasik, tapi tetap saja banyak teman kita yang masih mencari-cari jawabannya. Jawabannya tergantung. Maksudnya tergantung tujuan Anda mempelajari desain itu sendiri, hanya untuk pembelajaran atau untuk sebuah karier profesional. Kalau hanya untuk pembelajaran, meniru karya orang lain adalah hal yang diperbolehkan, bahkan dianjurkan. Namun, untuk sebuah karier, meniru adalah hal yang sangat dilarang.
Faktanya adalah jika Anda ingin berkarier di bidang seni atau desain, Anda harus mengambil pendidikan desain. Ada banyak hal yang harus dipelajari mengenai media, baik media cetak atau elektronik, secara konsep dan teknis. Dan, tidak ada tempat yang lebih baik untuk menemukan semuanya secara terkonsentrasi selain di sekolah desain. Di sekolah desain Anda bisa mendapatkan banyak pengetahuan yang terakumulasi dari masa ke masa.
Sekolah desain itu untuk membentuk desainer grafis yang mempunyai konsep kuat dalam berkarya seperti estetika desain, komposisi, sudut pandang, dan lain sebagainya. Lain halnya dengan para otodidak yang biasanya hanya senang dengan hasil visual yang memuaskan tanpa memikirkan konsep secara detail dalam karyanya. Di sekolah, Anda tidak hanya belajar, tapi juga dibentuk. Kurikulum yang dibuat menata ulang cara berpikir para mahasiswa dan merekonstruksinya untuk tujuan seni. Hal inilah yang membedakan para profesional dengan para amatir.
Beberapa desainer otodidak punya satu kelemahan besar, yakni, biasanya, mereka hanya bisa melakukan satu hal. Mereka hanya punya satu gaya, satu media. Mereka bisa melakukan satu hal dengan sangat bagus, tapi lama-kelamaan orang akan bosan, dan itu akan menjadi pertanda bahaya pada karier Anda. Karier di bidang desain menuntut Anda fleksibel, tidak terpaku pada satu gaya. Hal itulah yang dipelajari di sekolah desain. Sekolah desain tidak mengajari Anda untuk mengambil jalan pintas dalam mengerjakan suatu karya, tapi harus memutar terlebih dahulu. Dan, jalan memutar itulah yang membuat Anda tahu lebih banyak hal.
Ikut kelas berarti Anda punya teman kelas. Teman kelas itu seperti api, bisa menjadi teman dan bisa juga menjadi lawan. Bersama teman kelas itu Anda bisa memunculkan ide-ide liar dan kreatif. Anda dapat bereksperimen dan saling bertukar pengalaman dengan mereka. Namun, satu saat Anda pun dapat tertantang dengan ide yang dilakukan teman Anda. Anda berusaha untuk lebih kreatif daripada orang lain.
Terakhir, pemberi kerja hampir tidak pernah menanyakan gelar yang diraih, tapi mereka pasang telinga saat mendengar Anda adalah lulusan sebuah sekolah desain. Seseorang tanpa pendidikan khusus mungkin kurang diuntungkan karena tidak ada klien yang mau susah payah memeriksa semua hal tentangnya. Sebuah portofolio yang mengagumkan mungkin tidak akan cukup karena faktor lain seperti kecepatan dan keandalan juga tidak kalah penting
Selain pendidikan di sekolah, tentunya Anda harus mengasah kemampuan. Caranya adalah sering-sering membuat suatu karya atau konsep sehingga nantinya Anda akan menyadari bidang apa yang paling cocok untuk digunakan, misalnya lebih suka bermain  vektor dengan corel draw daripada membuat animasi dengan 3D max.
Penjelasan-penjelasan di atas bukan bermaksud mendiskreditkan desainer grafis yang otodidak. Mereka pun patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, banyak juga di antara mereka yang punya karier bagus di perusahaan besar. Pengalaman dan ide-ide brilianlah yang membuat mereka bisa begitu.
Oleh karena itu, para lulusan sekolah desain pun tidak boleh terlena dengan apa yang didapat di kelas saja. Zaman sekarang ini, desain itu sudah mengarah ke ekstrem, sudah out of the box. Mereka juga harus banyak bergaul dan mengikuti perkembangan dunia desain agar tidak ketinggalan zaman.

1 komentar:

nice info gan, Kunjugan balik yooo!! thank's designer !! ^^

Posting Komentar

Netpreneur Blog Indonesia

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More